Sedulur, Bicara soal guru, kali ini saya bahas sedikit Bapak SARTONO yang telah meninggal dunia hari ini Minggu, 1 November 2015. Mungkin tak banyak orang kenal dia. Tapi karyanya sangat terkenal di Indonesia. Pak Sartono, lahir di Madiun 29 Mei 1936, adalah pencipta lagu HIMNE GURU - PAHLAWAN TANPA TANDA JASA.
Beberapa kali dia diundang ke Surabaya untuk cerita pengalamannya sebagai guru. Cerita proses menulis himne yang dinyanyikan oleh orang-orang Indonesia yang pernah makan sekolah.
TERPUJILAH WAHAI ENGKAU,
IBU BAPA GURU
NAMAMU AKAN SELALU HIDUP
DALAM SANUBARIKU
SEMUA BAKTIMU AKAN KUUKIR
DI DALAM HATIKU
S'BAGAI PRASASTI T'RIMA KASIHKU
TUK PENGABDIANMU
Pak Sartono mengatakan, Himne Guru ditulis pada 1975. Guru seni suara di SMP Kristen Madiun ini ingin bikin karya besar yang dipersembahkan kepada guru-guru di Indonesia. Inspirasi muncul begitu saja, dan lahirilah karya monumental itu.
Himne Guru, dalam istilah musik vokal, berpola strofik, persis lagu-lagu himne di lingkungan gereja-gereja Protestan versi Martin Luther.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Daud Yusuf pada 1978 menetapkan Himne Guru karya Sartono sebagai lagu resmi guru tingkat nasional.
Himne ini tadinya memang diikutkan dalam festival yang digagas Menteri Daud Yusuf. Kendati Sartono hanya meraih juara empat, Himne Guru dinilai paling bagus. Paling mencerminkan kehidupan guru. Berisi ungkapan terima kasih anak didik kepada gurunya.
ENGKAU PATRIOT PAHLAWAN BANGSA....
TANPA TANDA JASA
Pria ini piawai main organ. Paham akor, harmoni, teori komposisi. Tak heran himne yang dibuatnya sangat bagus. Nah, Sartono menerima hadiah Rp 750 ribu waktu itu, piagam, dan jalan-jalan ke Jepang... berkat Himne Guru. Paling tidak itulah kebahagiaan besar yang pernah dirasakan alumnus SMAN 3 Surabaya ini.
Sartono, lagi-lagi berkat karya monumentalnya, dinobatkan sebagai guru teladan pada 1980. Tapi nasibnya setelah itu apes terus. Meskipun karyanya dinyanyikan di mana-mana, bekas anggota Korps Musik TNI Angkatan Darat ini tidak diterima sebagai pegawai negeri. Daftar terus, tapi tidak diterima. Akhirnya, bosanlah dia.
"Ya, sudah... saya tidak melamar lagi. Saya hanya bisa jadi guru tidak tetap. Yang penting saya bisa kasih sumbangan untuk bangsa saya," ujar suami Damiyanti ini.
Sartono pun 'pensiun' pada 30 Juni 2002 dengan status guru tidak tetap. Gajinya Rp 60 ribu per bulan.
Ironis, ribuan anak Indonesia yang sejak 1978 menyanyikan Himne Guru sudah menjadi profesor, pengusaha besar, profesional, orang kaya, artis, ustaz, pendeta, pastor, dokter, insinyur.
Toh, Sartono merasa bahagia bersama istri tercinta, guru sekolah dasar. Bagi Sartono, kebahagiaan terbesar adalah bisa memberikan sesuatu yang berharga kepada bangsa Indonesia berupa Himne Guru.
Pak Sartono, engkaulah guru sejati.
Pahlawan tanpa tanda jasa.
Terima kasih.
Beberapa kali dia diundang ke Surabaya untuk cerita pengalamannya sebagai guru. Cerita proses menulis himne yang dinyanyikan oleh orang-orang Indonesia yang pernah makan sekolah.
TERPUJILAH WAHAI ENGKAU,
IBU BAPA GURU
NAMAMU AKAN SELALU HIDUP
DALAM SANUBARIKU
SEMUA BAKTIMU AKAN KUUKIR
DI DALAM HATIKU
S'BAGAI PRASASTI T'RIMA KASIHKU
TUK PENGABDIANMU
Pak Sartono mengatakan, Himne Guru ditulis pada 1975. Guru seni suara di SMP Kristen Madiun ini ingin bikin karya besar yang dipersembahkan kepada guru-guru di Indonesia. Inspirasi muncul begitu saja, dan lahirilah karya monumental itu.
Himne Guru, dalam istilah musik vokal, berpola strofik, persis lagu-lagu himne di lingkungan gereja-gereja Protestan versi Martin Luther.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Daud Yusuf pada 1978 menetapkan Himne Guru karya Sartono sebagai lagu resmi guru tingkat nasional.
Himne ini tadinya memang diikutkan dalam festival yang digagas Menteri Daud Yusuf. Kendati Sartono hanya meraih juara empat, Himne Guru dinilai paling bagus. Paling mencerminkan kehidupan guru. Berisi ungkapan terima kasih anak didik kepada gurunya.
ENGKAU PATRIOT PAHLAWAN BANGSA....
TANPA TANDA JASA
Pria ini piawai main organ. Paham akor, harmoni, teori komposisi. Tak heran himne yang dibuatnya sangat bagus. Nah, Sartono menerima hadiah Rp 750 ribu waktu itu, piagam, dan jalan-jalan ke Jepang... berkat Himne Guru. Paling tidak itulah kebahagiaan besar yang pernah dirasakan alumnus SMAN 3 Surabaya ini.
Sartono, lagi-lagi berkat karya monumentalnya, dinobatkan sebagai guru teladan pada 1980. Tapi nasibnya setelah itu apes terus. Meskipun karyanya dinyanyikan di mana-mana, bekas anggota Korps Musik TNI Angkatan Darat ini tidak diterima sebagai pegawai negeri. Daftar terus, tapi tidak diterima. Akhirnya, bosanlah dia.
"Ya, sudah... saya tidak melamar lagi. Saya hanya bisa jadi guru tidak tetap. Yang penting saya bisa kasih sumbangan untuk bangsa saya," ujar suami Damiyanti ini.
Sartono pun 'pensiun' pada 30 Juni 2002 dengan status guru tidak tetap. Gajinya Rp 60 ribu per bulan.
Ironis, ribuan anak Indonesia yang sejak 1978 menyanyikan Himne Guru sudah menjadi profesor, pengusaha besar, profesional, orang kaya, artis, ustaz, pendeta, pastor, dokter, insinyur.
Toh, Sartono merasa bahagia bersama istri tercinta, guru sekolah dasar. Bagi Sartono, kebahagiaan terbesar adalah bisa memberikan sesuatu yang berharga kepada bangsa Indonesia berupa Himne Guru.
Pak Sartono, engkaulah guru sejati.
Pahlawan tanpa tanda jasa.
Terima kasih.
Post a Comment
0Comments